Selasa, 22 Mei 2012

Jogjaaa....!

Napak tilas, itulah kata-kata pertama yang terlintas dalam benakku ketika mendapatkan tugas berangkat ke jogja menemui mitra kerja sebelum berangkat ke luar kota yang lebih jauh lagi.

Perjalanan dimulai dengan naik bus dari kota tua Lasem menuju ke Semarang. Berbeda dengan waktu dulu memang, kali ini naik PATAS: ber AC, dua kursi dengan masing-masing dua tempat duduk dalam satu barisnya. Cukup nyaman. Jalanan sudah cukup lebar, walau masih ada perbaikan di ruas-ruas tertentu yang bisa membuat macet perjalanan. Lama perjalanan tidak jauh berbeda untuk tiba di Semarang.

Terminal Semarang; masih tetap seperti dulu, kumuh dan jorok sangat jauh berbeda dengan Terminal Bungurasih di Surabaya: bersih, tertib dan nyaman. Teringat saat kuliah dulu, cukup beli tiket peron terminal sekali kemudian simpan ke dalam dompet, dan tunjukkan ke petugas tiap kali masuk ke dalam terminal ini, Irit!

Setelah turun, saya berpindah ke Bus PATAS jurusan Jogja. Keluar area terminal, masih tetap seperti dulu: macet di pertigaan jalan Kaligawe. Tidak tahu, apa petugasnya tidak merasakan kemacetan ini, atau memang sudah putus asa menangani kemacetan, sehingga masih saja MACET, seperti dua puluh tahun silam.

Selepas jalan Kaligawe, kini sudah ada jalan tol, sehingga tidak perlu repot-repot memecah kemacetan di tengah kota Semarang. Perjalanan lancar sampai dengan menjelang kota Magelang, di daerah Payaman yang macet karena ada perbaikan jalan. Menjelang masuk Muntilan, terlihat puncak Merapi sehabis letusannya sekitar dua tahun yang lalu. Juga di sungai-sungai yang terlewati, sisa lahar dingin masih terlihat nyata menyumbat aliran sungai ini.

Tiba di Terminal Jombor, penumpang diturunkan dari bus patas ini, dan dipindahkan ke mobil station bagi yang bertujuan ke Terminal Giwangan. Jalan lingkar sudah terbangun mulus, mengantarkan saya ke Terminal Giwangan, pengganti Terminal Umbulharjo yang sudah berganti menjadi mall, kata sang sopir mobil station ini. Di perjalanan menuju Terminal Giwangan ini, dapat saya saksikan terjadinya perbedaan nuansa dengan saat saya kuliah dulu. Hampir di sepanjang jalan, terlihat toko-toko fashion, butik, disctro dan sejenisnya yang sangat menjamur tumbuh di Jogja. Juga mini market - mini market, yang buka 24 jam.

Ketika pesawat yang seharusnya membawa berangkat ke luar kota dari Jogja tertunda, terpaksa saya harus menginap di kota Jogja. Sewaktu memesan hotel langganan di sekitar JAKAL (jalan kaliurang) sudah full booked, karena bersamaan dengan acara wisuda di UGM, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan hotel tempat menginap. Dengan terpaksa, saya menemukan "KOS EKSKLUSIF". Wouw....Kamar kos bertarif hotel: AC, TV, Air panas, spring bed. Di parkiran berjejer mobil-mobil, di pintu depan resepsionis dengan kuitansi dan setumpuk surat pernyataan yang harus ditanda tangani calon penghuni! Harganya? Harga sewa semalam sama dengan sewa kamar kos saya untuk setahun di dua pukluh tahun lalu!

Zaman telah berubah............., Jogjapun juga!

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...