Selasa, 31 Januari 2012

Berhajilah selagi Muda (06) Thowaf Qudum, Maktab

“SOC 82, Maktab 69, Nakkasah, Pondokan 1137”, itulah identitas kami, seandainya kami hilang dan ditanya dimana kami tinggal. Tulisan tersebut tertera pada pada bagian depan hotel tempat kami tinggal. Alhamdulillah. Hotel,nya tergolong masih baru, kayaknya baru pertama kali ini dipakai sebagai tempat tinggal jamaah haji. Hotel lima lantai ini dilengkapi dengan satu buah lift dengan kapasitas hanya cukup untuk lima orang saja. Kamar mandi dilengkapi dengan kloset duduk, air dingin dan panas yang masih berfungsi dengan sangat bagus. Tanda peringatan: tangga darurat, alarm kebakaran dan bahkan sprinkler air pemadam kebakaran juga tersedia.
Tiba di Maktab, malam hari, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari Bandara KAAIA. Masih dalam pakaian ihram, ramai-ramai turun dari bus, membagi kelompok-kelompok kecil untuk tinggal dalam satu kamar di maktab. Berbenah sebentar, mandi, dan istirahat, rombongan kemudian bersiap-siap melaksanakan thowaf Qudum. Kira-kira jam 01.00 dinihari, rombongan kami berangkat menuju Masjidilharam dengan berjalan kaki. Pemilihan waktu dinihari, dengan alasan untuk menghindari terik matahari dan sesaknya jamaah haji di siang hari. Subahanallah.......ketika thowaf itulah: antara percaya dan tidak, bagaikan mimpi: Saya ternyata bisa menunaikan panggilan suci, atas karunia Allah SWT. Tak kuasa menahan rasa bahagia: bercucuranlah air mataku. Alhamdulillah, Labbaika Allahumma labbakika, labbaika laa syarika laka labbaika......



Hari pertama di Maktab kami membenahi ruangan: mengatur tempat masak, sambungan listrik, tempat cuci pakaian, jemuran, belanja alat dapur yang tidak bisa kami bawa (seperti kompor, pisau, dll) dan pengumpulan iuran bersama.






Soal bahan makanan (sembako) tidak masalah. Karena tepat di belakang hotel ini adalah pasar tradisional: segala macam sayur-sayuran, buah-buahan, sembako, ikan segar, daging bahkan pinang sirih pun banyak yang jual Jarak lurus maktab ini ke Masjidil Haram di peta google adalah 2,8 km, katakanlah kalau dibulatkan menjadi 3 km. Dari maktab kita cukup berjalan lurus mengikuti jalan Ibrahim alKhaleed maka kita akan sampai ke masjidil haram lewat hotel Darut Tawhid, cukup mudah, tidak perlu belak-belok, cukup jauh kalau berjalan kaki. Pergi pulang 6 km, ditambah jalan saat thowaf dan sa’i, totalnya kira-kira 10 km!
Sore, sehabis masak bersama, dan setelah sholat ashar, adalah waktu yang tepat untuk jalan kaki menuju masjidil haram untuk menunaikan sholat berjamaah. Bisa pulang setelah sholat Isya' atau bahkan pulang stelah sholat Shubuh esok harinya.

Berhajilah selagi Muda (05) Bandara KAAIA

Berangkat dari Bandara Adi Sumarno, Solo sekitar jam 07.00 WIB, satu setengah jam kemudian mendarat di Batam untuk transit pengisian bahan bakar, kurang lebih 1 (satu) jam. Delapan Jam kemudian, menjelang tiba di tanah suci, calon jamaah haji segera berganti dengan pakaian ihram di dalam pesawat, mengambil miqot di atas pesawat. Mendarat di Bandara King Abdul Aziz sekitar jam 15.00 waktu setempat, kami melakukan sholat Dzuhur – ‘Ashar dengan jama’ dan qoshor, dilanjutkan dengan sholat sunat ihram. Calon jamaah haji akan diperiksa: dokumen vaksinasi meningitis dan visa di imigrasi bandara. Kesulitan mulai terlihat, terutama pada calon jamaah haji yang berusia tua dan kurang bisa membaca, apalagi dokumennya dalam bahasa Inggris. Peran Petugas sangat diperlukan disini! Beberapa calon jamaah yang familiar, turun tangan membantu calon jamaah yang memerlukan bantuan: mencarikan dokumen yang diperlukan, halaman berapa yang harusnya dibuka dan diserahkan kepada petugas imigrasi. Di sini sudah mulai terdengar, “ Hajj....Hajj....”, “Satu-satu”, dari lisan orang arab. Dan kata-katan itulah nantinya akan lebih seirng terdengar di tanah suci. Proses pemeriksaan dokumen imigrasi memakan waktu paling tidak 3 (tiga) jam. Setelah itu giliran mengambil tas koper yang turun dari bagasi. Sulit dan menjemukan! Selain kopernya memang berat, barangnya banyak dan sama warnanya! Peran ketua regu dan ketua rombongan mulai diperlukan di sini. Kerja sama dar sesama jamaah juga diperlukan, untuk membantu membawakan koper milik jamaah yang sudah tua dan tidak kuat membawanya. Setelah seluruh regu terkumpulkan setiap koper milik anggotanya, tinggal menunggu jemputan bis yang akan membawa kita ke maktab di Mekah (Jamaah Haji Gelombang II). Sambil menunggu jemputan ini, di bandara kita bisa mengganti SIM Card Arab Saudi, karena akan banyak kita temui orang yang menawarkan SIM card Arab Saudi, yang harganya lebih murah jika dibandingkan harga di tanah air, baik dari mukimin (orang Indonesia yang telah bermukim/bekerja di Arab Saudi), maupun warga negara lain yang tengah menjadi mukimin di Arab Saudi. Ternyata, harga yang benar-benar murah adalah harga di konter provider mereka sendiri yang terdapat di Bandara King Abdul Aziz juga! Selain konter penjual SIM Card, ada juga konter penjual makanan ringan. Lama menunggu di sini, akhirnya menjelang magrib, bus berangkat menuju ke Makkah....... Perjalanan ke Mekah Dari sinilah beberapa kesulitan mulai ditemukan. Setelah pemeriksaan paspor dan visa di Bandara selesai, calon jamaah haji diminta untuk mengumpulkan paspor dan visa untuk diserahkan kepada pengelola maktab. Sebagai gantinya kita mendapatkan gelang identitas Maktab, yang harus selalu kita kenakan selama berada di Mekah. O ya, karena saya termasuk pemberangkatan Gelombang II, maka dari Bandara langsung menuju ke Mekah. Gelombang II adalah pemberangkatan yang waktunya sudah mendekati waktu haji yaitu 8 – 13 Dzulhijjah. Sedangkan Gelombang I adalah pemberangkatan perioda awal, dari Bandara langsung menuju Madinah. Kembali ke masalah paspor dan visa tadi, calon jamaah harus berhati-hati! Dalam beberapa kasus, ada paspor milik calon jamaah yang terselip/ketlingsut (atau katakanlah hilang). Jika ini terjadi maka, seluruh jamaah akan ikut menanngung akibatnya: molor jam keberangkatannya sampai paspor tersebut terketemukan. Saat itu menjelang maghrib, perjalanan menuju kota Mekkah dimulai. Perasaan hati sudah mulai campur aduk, ada rasanya tak percaya bahwa aku dan istri telah sampai di tanah suci. Karena perasaan tersebut, aku menjadi tidak bisa tidur dalam perjalanan, meski biasanya aku gampang tertidur kalau di perjalanan. Tidak banyak pemandangan yang dapat aku temukan, kecuali nyala lampu yang terang benderang di mana-mana, sepanjang perjalanan. Satu saja yang membuatku takjub: gerbang masuk kota Mekkah berupa hiasan pedang besar dua buah yang melingkupi lebar jalan, dari dua arah yang berlawanan. Pemandangan sisanya yang membuat aku heran adalah mobil-mobil yang teronggok di jalan, baik yang masih kelihatan baru maupun sudah lama, hampir tanpa ada yang usil untuk memprethelinya, seperti yang terjadi di Indonesia. Memasuki kota Mekkah, suasana ramai calon jamaah haji sudah terlihat, dari berbagai negara, berbagai macam warna kulit dan berbagai aneka pakaian yang dikenakan terlihat lalu lalang di sepanjang jalan, penuh menutup badan jalan. Penasaran dengan keberadaan masjidil haram, aku tengak-tengok ke setiap sudut jalan, tetap saja belum menemukannya. Seperti yang sudah saya tulis di depan, kesulitan mulai datang: sopir bus ternyata tidak dapat menemukan tempat penginapan. Seperti kita ketahui, tenaga sopir kebanyakan adalah pekerja musiman, yang didatangkan oleh pemerintah Arab Saudi dari negara-negara tetangganya. Hampir empat kali memutar, bolak-balik, alhamdulillah akhirnya dapat menemukan. Pengelola maktab menyambut di atas bus, ucapan selamat datang dan doa demi kelancaran selama di tanah suci.” Tempat bagus, tempat bagus” katanya dalam bahasa Indonesia. Dan disinilah, Nakkasah, prosesi itu saya mulai, sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Seluruh penumpang turun, pembagian jatah kamar, sedangkan kopor besar diserahkan kepada tenaga lokal (tenaga hotel penginapan) dengan borongan. Kebetulan hotel tempat penginapan kecil dan liftnya terbatas kapasitasnya, sangat berat untuk membawa naik ke lantai atas, apalagi untuk calon jamaah yang sudah tua-tua. Kapasitas kamar berbeda-beda, ada yang cukup untuk 5 orang ada yang cukup 7 orang. Istirahat sebentar, untuk kemudian bersiap-siap melaksanakan thowaf qudum, thowaf selamat datang di Mekkah. Sedangkan untuk modifikasi kamar supaya bisa dipakai untuk memasak, pasang jemuran dilakukan sambil berjalan esok harinya.

Berhajilah selagi Muda (04) Embarkasi Donohudan, Solo (SOC)

Asrama Haji Donohudan Begitu datang, turun dari bis, calon jamaah haji langsung diperiksa kesehatannya oleh tenaga medis yang sudah siap di Embarkasi. Periksa kesehatan diulang, calon haji yang kurang fit diberi perlakuan khusus supaya menjadi fit. Menginap semalam di embarkasi SOC Solo, calon jamaah haji mendapatkan pembagian uang saku untuk tinggal selama di tanah suci, gelang identitas dan kartu boarding untuk naik pesawat. Juga pengarahan dan penjelasan mengenai kehidupan yang harus dijalani sehari-hari di tanah suci. Tinggal di embarkasi SOC, Donohudan, antara perempuan dan lelaki dipisahkan. Makan disediakan, yang telah diatur waktunya. Isi tas tenteng diperiksa, supaya standar barang yang diijinkan masuk dalam kabin pesawat terjaga. Di sini para calon haji sudah mulai ada yang sibuk mengganti SIM card, yang menurut logikaku harganya pasti lebih mahal, jika dibandingkan kalau kita membeli di tanah suci nanti. Di lingkungan embarkasi ternyata banyak sekali toko/kios yang menyediakan barang-barang yang berasal dari tanah suci: baik untuk oleh-oleh maupun barang-barang yang sebenarnya kita perlukan saat kita berada di tanah suci, seperti SIM card untuk telepon di tanah suci, pakaian ihram, sandal dll. Sedangkan oleh-oleh dari tanah suci yang ditawarkan hampir semuanya ada. Mulai dari air zam-zam, kurma, karpet, dan peralatan penyajian hidangan: teko, baki dan gelas. Kita dapat memesan oleh-oleh untuk sanak saudara kita di desa: kurma, zam-zam, dan lain-lainnya, karena kalau kita beli di tanah suci barang bawaan kita dibatasi hanya sampai 32 kg saja dan bonus zam-zam 5 liter sesampainya di Solo. Pesanan kita akanlangsung disiapkan di dekat bis yang membawa kita pulang ke desa, setibanya kita di embarkasi saat kedatangan dari tanah suci nanti.

Berhajilah selagi Muda (03) Persiapan pemberangkatan

Setelah Iedul Fitri 1431 H, kami mendapatkan Undangan Pemberitahun persiapan pemberangkatan Jamaah haji untuk perioda 1432H (Jamaah Haji tahun 2011). Dari sini sudah ketahuan, kloter dan tanggal keberangkatannya. Ini berhubungan juga dengan Gelombang pemberangkatan, dimana kalau Gelombang I (saat-saat awal pemberangkatan), calon jamaah haji akan langsung menuju ke Madinah terlebih dahulu. Sedangkan kalau Gelombang II (saat-saat akhir pemberangkatan), calon jamaah haji akan langsung menuju ke Makkah. Kebetulan saya mendapatkan Gelombang II, Kloter 82 SOC Solo.

Saat itu posisiku masih di Kalimantan, karena masih harus tetap bekerja. Pertemuan rutin dalam rangka persiapan pemberangkatan memang sering dilakukan oleh pemerintah kabupaten, dalam hal ini wakil kementrian agama. Dari puluhan kali pertemuan, aku hanya bisa hadir sekitar 3 kalinya saja, selebihnya diwakili oleh istriku. Atas masukan dari saudara, dan teman-teman, aku ikut bergabung dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), miilik seorang tokoh karismatik dari daerahku. Aku sedikit beruntung, dimana sebelumnya karena aku sudah membuat paspor, sehingga saya tidak perlu bolak-balik Rembang – Kalimantan hanya untuk mengurus paspor. Aku hanya pulang ke Rembang saat harus mengikuti vaksinasi meningitis, syarat wajib yang tidak bisa diwakilkan. Aku juga hanya beberapa kali mengikuti kegiatan manasik haji yang diselenggarakan oleh KBIH, karena keterbatasanku yang masih harus tetap bekerja di Kalimantan. KBIH juga menginformasikan pemilihan Haji Tamattu' dan sekalian mengumpulkan biaya denda akibat pemilihan haji tamattu' tersebut ke dalam paket biaya keikutsertaan dalam KBIH.

Beberapa bulan sebelum keberangkatan, para jamaah calon haji mendapatkan kiriman satu paket buku bimbingan manasik haji dari Kementerian Agama. Paket buku ini melengkapi beberapa buah buku yang sebelumnya saya beli. Sehingga praktis persiapan “belajar”ku hanya melalui buku-buku, internet dan crita dari istriku saat manasik di KBIH. Sebulan (kalau tidak keliru...) sebelum keberangkatan, giliran kain batik untuk seragam “INDONESIA”, aku dapatkan. Disusul yang paling akhir adalah 3 (tiga) buah tas: tas pinggang, tas tenteng dan tas koper.

Salah satu fungsi dari pertemuan tersebut adalah perkenalan dengan sesama jamaah calon haji, petugas haji dan pembentukan regu dan kelompok untuk operasional nantinya di tanah suci. Di antara sesama anggota regu dan kelompok juga mengadakan pertemuan untuk membahas kepentingan regu dan kelompok. Seperti kita ketahui, saat di Mekah para jamaah haji tidak mendapatkan catering, sehingga harus masak sendiri atau secara berombongan. Lha untuk meringankan barang-barang yang dibawa, antar anggota regu dibagi-bagi yang berkewajiban membawa alat-alat masak dan bumbu-bumbunya, juga minuman kesukaan masing-masing jamaah haji. Untuk keperluan kelompok membahas teknis penyeragaman koper sehingga mudah menemukannya saat turun dari pesawat dan bus menuju ke maktab masing-masing. Sedangkan pertemuan yang sangat penting adalah yang diadakan oleh KBIH, yang mengajarkan tata cara ibadah haji sesuai tuntunan Nabi, agar ibadah haji kita sesuai sah dan diterima oleh Allah SWT. Pertemuan ini dilaksanakan setiap minggu, setiap tahapan ibadah haji yang harus kita lalui. Selain itu, KBIH juga mengatur anggota rombongannya untuk ‘menyeragamkan’ pakaiannya sehingga mudah dikenali saat berada di tanah suci nantinya. Caranya? Untuk Jamaah haji perempuan, dengan menggunakan kerudung kuning, sedangkan untuk jamaah haji laki-laki dengan memberi tanda garis biru di pakaian ihramnya. Di tengah-tengah persiapan keberangkatan, kebiasaan di desa saya adalah: para tetangga dekat dan jauh berdatangan untuk memberikan doa dan dorongan agar diberi kesehatan dan kekuatan saat di tanah suci.

Sekitar dua minggu sebelum keberangkatan, para tamu mulai berdatangan silih berganti, mulai dari pagi sampai malam hari. Anakku yang paling kecil mulai mengetahui bahwa bapak dan ibunya akan pergi jauh dan untuk waktu yang cukup lama. Kemana saja saya pergi, dia selalu mengikuti, takut kalau nanti ditinggal, karena setiap kali ditanya para tamu, dia selalu bilang akan ikut. Untuk mengatasi hal ini, agar saat si kecil ditinggal di rumah tidak rewel, saya meminta bantuan seorang yang sangat alim di desaku untuk mendoakan si kecil ini: suwuk istilahnya. Dengan perantaraan air minum yang telah diberi doa oleh orang pintar tersebut, lalu aku campurkan ke dalam air susunya, aku berharap si kecil tidak rewel saat ku tinggal di rumah nantinya. Satu hari menjelang keberangkatan, petugas haji tingkat kecamatan mulai mengambil tas koper (besar) milik para jamaah haji untuk dikumpulkan di tempat pemberangkatan tingkat kecamatan. Setiap tas koper ditimbang, tidak boleh lebih dari 32 kg. Tas koper besar ini berisi kebutuhan utama saat berada di tanah suci: peraltan dapur, bumbu-bumbu masak, lauk yang tahan lama (seperti: abon, teri goreng dll), mi instan, minyak goreng, sabun cuci, piring, gelas dll. Sedangkan tes tenteng berisi pakaian danperelengkapan sholat secukupnya saat tinggal di Asrama Haji dan di perjalanannya, termasuk satu buah pakaian ihram di dalamnya. Sedangkan tas yan paling kecil, tas pinggang berisi dokumen, surat-surat penting: paspor, visa, KTP dan uang secukupnya.

Saat hari H, hari pemberangkatan, setelah sholat isya tepatnya. Dengan berpakaian batik, suasana syahdu sudah mulai terasa. Para tetangga berdatangan untuk melepas, jagoan pertama diungsikan kakeknya agar tidak melihat, jagoan kedua menangis tersedu-sedu dirangkulanku, suara lantunan doa dari para para menambah suasana semakin haru.........Satu persatu, para tetangga kami salami., terus berangkat menuju tempat pemberangkatan di tingkat kecamatan. Tiba di lokasi pemberangkatan, suasana semakin magis, sungguh di luar dugaanku! Pengunjung sangat ramai dan......hampir semuanya memeluk dan merangkulku saat aku berjalan turun dari mobil menuju tempat upacara pelepasan. Semoga cepat ketularan katanya! Di lepaslah kami oleh MUSPIKA: Camat, Danramil dan Kapolres menuju ke pemberangkatan tingkat kabupaten. Di tingkat kabupaten; hanya ketua regu dan ketua rombongan yang turun, jamaah lain tetap di duduk menunggu di dalam bis.

Berhajilah selagi Muda (02) Pembukaan Rekening Haji

Rukun Kelima: Haji, aku harus bisa! Itulah keinginanku, niat suci yang kuat membawaku membeli buku tentang ibadah haji dan browsing di internet perihal seluk-beluknya. Setelah kelahiran anak yang kedua, th 2002, aku mulai bisa menyisihkan uang untuk membuka tabungan haji. Karena di Rembang saat itu belum ada Bank ***d***, aku membuka rekening di Pati. Dengan gaji yang pas-pasan, menabungnyapun tidak bisa lancar setiap bulan. Hingga pada suatu saat, rekening ini ditutup secara sepihak oleh pihak Bank. Tahunpun berganti, buah hatiku lahir lagi: Jagoan yang ketiga, yang sebenarnya aku dan istri menginginkan seorang putri! Subhanallah....., maha suci Allah......, tibalah saatnya menggapai impian itu, ketika aku mendapatkan rejeki yang cukup, tahun 2009 tepatnya. Langsung aja aku membuka rekening baru, dua buah rekening tentunya, dengan istriku. Menurutku, sangat tidak pantas jika pergi ke tanah suci, walau keuangan terbatas, perginya sendirian, sang istri tidak menyertai. Sehidup semati, masak pergi haji sendiri...? Alhamdulillah, dengan rejeki yang ada, aku langsung mendapatkan porsi, dua tahun lagi! Dua tahun sudah cukup menurutku untuk mencari tambahan rezeki guna melunasi sisa ONH. Dan...........alhamdulillah, Allah mengabulkan ikhtiarku ini!

Berhajilah selagi Muda (01) Pendahuluan

Pendahuluan
Didasari oleh ketidakpuasan terhadap kekurangoptimalan pelayanan Petugas Haji Indonesia di tanah suci, saya menulis catatan ini dengan harapan semoga para pembaca tidak mengalami segala kekurangan yang diakibatkan oleh pelayanan petugas haji tersebut. Calon jamaah haji semoga dapat lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatan per-ibadah-an di tanah suci. Meskipun sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan cara mengikuti Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), namun akan jauh lebih baik, jika kita sedikit bergantung atau bahkan tidak bergantung pada orang lain. Karena ibadah haji adalah ibadah fi’liyah, yang berhubungan dengan kegiatan/pekerjaan, membutuhkan kebugaran fisik, maka kemandirian sangat dibutuhkan. Untuk persiapan sebelum berangkat, pelajarilah dengan seksama tata cara ibadah haji dan umrah yang benar. Salah satunya ada di link berikut: http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_rites_of_hajj_and_umrah.pdf


Sedangkan urutan proses ibadah haji dapat ditemukan di link ini:http://www.scribd.com/doc/23645999/Skema-ibadah-haji2

Catatan ketidakpuasan terhadap pelayanan petugas haji:

1. Tidak ada informasi perihal kondisi keadaan gawat darurat dan cara evakuasinya. Saya mengalami, awal-awal tinggal di Maktab, alarm tanda bahaya berbunyi, dengan segera saya bangunkan teman teman lainnya untuk segera evakuasi. Petugas haji tidak ada yang memberitahu. Alhamdulillah-nya ternyata hanya "gangguan" teknis semata, karena ada jamaah yang memasak di kamar sampai panas, sehingga alarm langsung berbunyi. Tidak bisa membayangkan seandainya alarm tersebut adalah benar-benar akibat adanya kebakaran.

2. Jamaah haji yang tua-tua, seharusnya diberi semangat untuk melakukan ibadah sunat di masjidil haram, diatur mungkin dengan berkelompok dan dipimpin sang petugas haji, yang terjadi adalah pembiaran tidak ada penyemangat untuk rajin ke masjidil haram. Ada beberapa jamaah yang sendirian (tanpa suami/istri) dan sudah tua mengikuti jamaah haji yang lebih muda, yang akibatnya si jamaah haji muda kurang optimal dalam menjalankan ibadahnya karena menemani jamaah tua tersebut.

3. Tidak ada pemberitahuan rute bagaimana kalau mau umrah, naik bus dimana, letak stasiun bisnya dimana dan seterusnya. Demikian juga saat saya dan teman memutuskan mengambil tanazzul, sehabis jamarat tanggal 10 dzulhijjah langsung menuju ke Mekah dan langsung balik lagi ke Mina, tidak diberitahu jalurnya. waktu itu saya dan teman memilih naik taksi yang harganya selangit, tetapi tetap saja harus jalan kaki yang cukup jauh, karena taksi tidak boleh masuk ke Mina saat tersebut. Belakangan saya diberi tahu teman jamaah dari kabupaten lain, yang ternyata ada rute yang bisa ditempuh dengan jalan kaki! Astaghfirullaah.....

4. Tidak memberikan solusi alternatip, seandainya satu rombongan ingin memilih cara yang berbeda. Dalam kasus pemilihan antara nafar awal ataukah nafar tsani misalnya, petugas cenderung untuk mengarahkan ke nafar awal, sedangkan yang memilih nafar tsani menjadi terabaikan.

5. Pengisian angket penilaian terhadap petugas haji. Memang hanya beberapa saja yang mendapatkan formulir ini, yang diberi terutama adalah yang berpendidikan dengan alasan jamaah inilah yang bisa mengisi dengan tepat. Sayangnya, pengisian cepat-cepat dilakukan tidak menunggu sampai menjelang selesainya pelaksanaan ibadah haji. Saya yang kebetulan mendapatkan formulir tersebut, dan berkeinginan untuk memberikan penilaian, di akhir pelaksanaan haji ternyata penilaian tersebut sudah dikumpulkan jauh-jauh hari sebelumnya.

6. Ini yang paling menyakitkan; saat waktunya ziarah, di bukit Uhud, si Petugas meminta supaya tidak ada jamaah yang turun dengan alasan waktunya yang pendek, takut tertinggal sholat arba'in di masjid Nabawi. Si petugas tidak berpikir bahwa ziarah juga penting dan jamaah telah membayar dengan harga yang mahal. Mungkin karena Si Petugas perginya gratis ditanggung negara, sehingga dengan gampangnya tidak memperbolehkan para jamaah untuk turun berziarah.

7. Saat ziarah di Jeddah, Si petugas yang sudah lebih dari sekali mendampingi jamaah haji di tanah suci, malahan tidur, tidak memberikan informasi tentang tempat-tempat penting di kota (berfungsi sebagai guide).

8. Dan yang lebih menyakitkan: Petugas Haji lebih tunduk kepada Pengelola Maktab, tidak di pihak jamaah. Kejadian yang saya alami, saat jamaah lain hendak pulang kembali ke Mekah karena mau mengambil nafar awal antri menunggu bis jemputan di dalam lingkungan maktab di Mina dengan pintu gerbang dikunci. Ketika beberapa jamaah (termasuk saya) yang memilih nafar tsani hendak ke jamarat, mau keluar pintu gerbang tidak diijinkan keluar oleh petugas perwakilan maktab, Petugas haji tidak mau membantu malahan menyuruh mengambil jalan memutar yang lebih jauh, astaghfirullah....Ketika rombongan kami mengalah untuk memutar, ternyata jalan tersebut pun ikut dikunci oleh pengelola maktab yang lain. Dengan terpaksa kami kembali, yang akhirnya pintu gerbang boleh dibuka, na'udzubillah......

9. dan masih ada yang lainnya......

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...