Selasa, 19 Februari 2013

Muara Teweh, KALTENG

Perjalanan hidup kali ini membawaku ke Kota Muara Teweh, Ibukota Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, kira-kira 10 jam perjalanan dari Kota Banjarbaru (Bandara Syamsudin Noor, Banjarmsin), Kalimantan Selatan. Kota kecil, dengan topografi naik-turun dan berkelok, enak untuk berkendara.

Dengan aliran sungai Barito, Kota Muara Teweh sesungguhnya sangat bergantung pada aliran sungai ini. Hampir di setiap titik di tepiannya merupana pelabuhan / jetty tempat berlabuh kapal-kapal: speed boat, klothok, dan LCT, tentu saja dengan selingan rumah-rumah penduduk yang masih banyak mengapung di atas sungai. Kala ketinggian air normal, banyak dijumpai klothok, speed boat, LCT kecil dan besar yang bermuatan batubara lalau lalang di atasnya.

Transportasi air mengakibatkan adanya biaya tambahan, sehingga barang-barang yang ada di kota ini lebih mahal. Bahan bakar minyak juga susah dibeli di SPBU. Setiap kali pasokan datang, langsung habis. Tidak demikian halnya dengan BBM di kaki lima, menjamur dimana-mana. Di SPBU tiada, di kaki lima selalu ada! Karena inilah Indonesia: masih belum bisa menjamin kesejahteraan rakyatnya.

Masyarakatnya beragam: Dayak, dan para pendatangnya yang kebanayakan dari Jawa. Dengan pemeluk agama yang hampir sama tidak ada yang dominan, sehingga relatif toleran dalam kemajemukan. Kejahatan pencurian kayaknya jarang, karena para tetangga masih dengan tenangnya meletakkan kendaraan: mobil dan sepeda motor di beranda rumah, 24 jam.

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...