Guru SD, itulah pekerjaan bapakku. Lewat syair "Omar Bakri"-nya Iwan Fals, kita sudah tahu kondisi seorang guru kayak apa. Ibuku, seorang ibu rumah tangga biasa, namun perjuangannya sangat luar biasa. Kami berlima bersaudara, itulah yang harus ditanggung kedua orang tuaku.
Beban hidup mulai sangat terasa, ketika aku menginjak SMP, yang artinya ketiga kakakku: ada yang di tingkat SMA, dan Perguruan Tinggi. Untungnya kakak pertamaku (Peremmpuan) sudah tamat dari PGA (Pendidikan Guru Agama), tengah wiyata bakti di suatu SD.
Mulailah kegetiran dan kesulitan hiduo keluargaku itu dimulai. Mulai; membuka indekos untuk guru atau pegawai, jualan peyek kacang, sampai dengan jualan koran bekas. Kadang-kadang kalau ada satu event di tingkat kecamatan, ibuku ikutan berjualan nasi pecel. Beruntung lokasi SMP-ku dekat. Tahun pertama masih di sebelah rumah, cuman jalan kaki. Tahunkedua dan ketiga pindah cukup jauh, tapi masih bisa kugapai dengan naik sepeda. Karena tahu kondisi keluargaku, sangat jarang aku mendapatkan uang saku dari orang tua. Beruntung banyak teman-teman SMP yang baik hati, kadang-kadang aku mendapatkan traktiranya.
Naik ke jenjang SMA, lebih berat lagi beban orang tuaku. Aku harus kos di kota. Sewa kamar lebih tepatnya, karena aku dengan pamanku, satu kamar, sepakat "memasak sendiri". Masih ingat dengan jelas dalam benakku, tiap minggu aku pulang ke rumah, baliknya ke kota aku selalu dibawakan lauk, yang bisa aku gunakan untuk 2-3 hari. Mulai dari kering tempe, bumbu pecel, gudeg gori atau ikan asin. Dalam satu rumah, waktu itu ada tiga grup, yang masak sendiri.
Grup pertama aku dan pamanku, grup kedua teman-temanku dari Sarang, dan grup ketiga dua orang bersaudara yang berprofesi sebagai guru STM dan guru Olah raga SD. Setiap pagi, habis subuhan, langsung tancap menanak nasi dengan kompor minyak tanah, mandi dan langsung tancap ke sekolah dengan nyepeda onthel.
Lolos dari SMA, aku berpindah ke Jogja, lewat SIPENMARU, aku lolos diterima masuk di Teknik Sipil UGM. Aku ingat betul, itulah saat pertama kali melakukan sujud syukur lantaran lolos SIPENMARU. Kala itu persaingan memang sangat berat.(Ada lanjutannya.....)
Saya lahir di Sedan (C2N), Kab Rembang, Jawa Tengah. Sekolah dari SD hingga SMP di Sedan, SMA di Rembang kemudian lanjut kuliah di Jogja. Setelah bekerja, awalnya di Konsultan, pindah LSM dan pindah lagi di Kontraktor, proyekan. Sebagai orang proyek, otomatis sering berkembara dari satu kota ke kota lainnya. Blog ini adalah sarana menyimpan memori setiap bentuk kenikmatan yang selalu saya terima selama pengembaraan tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
gara-gara akik
Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...
-
Perjalanan hidup kali ini membawaku ke Kota Muara Teweh, Ibukota Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, kira-kira 10 jam perjal...
-
Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...
-
Jaman Aku kecil dulu............. 1. Petik buah di halaman, terus bagi ke tetangga kiri dan kanan 2. Buang bangkai dengan cara mengubur di...
2 komentar:
salam kenal pak, sama2 orang sedan
daleme pundi mas?
Posting Komentar