Saya lahir di Sedan (C2N), Kab Rembang, Jawa Tengah. Sekolah dari SD hingga SMP di Sedan, SMA di Rembang kemudian lanjut kuliah di Jogja. Setelah bekerja, awalnya di Konsultan, pindah LSM dan pindah lagi di Kontraktor, proyekan. Sebagai orang proyek, otomatis sering berkembara dari satu kota ke kota lainnya. Blog ini adalah sarana menyimpan memori setiap bentuk kenikmatan yang selalu saya terima selama pengembaraan tersebut.
Selasa, 31 Januari 2012
Berhajilah selagi Muda (05) Bandara KAAIA
Berangkat dari Bandara Adi Sumarno, Solo sekitar jam 07.00 WIB, satu setengah jam kemudian mendarat di Batam untuk transit pengisian bahan bakar, kurang lebih 1 (satu) jam. Delapan Jam kemudian, menjelang tiba di tanah suci, calon jamaah haji segera berganti dengan pakaian ihram di dalam pesawat, mengambil miqot di atas pesawat. Mendarat di Bandara King Abdul Aziz sekitar jam 15.00 waktu setempat, kami melakukan sholat Dzuhur – ‘Ashar dengan jama’ dan qoshor, dilanjutkan dengan sholat sunat ihram. Calon jamaah haji akan diperiksa: dokumen vaksinasi meningitis dan visa di imigrasi bandara. Kesulitan mulai terlihat, terutama pada calon jamaah haji yang berusia tua dan kurang bisa membaca, apalagi dokumennya dalam bahasa Inggris. Peran Petugas sangat diperlukan disini! Beberapa calon jamaah yang familiar, turun tangan membantu calon jamaah yang memerlukan bantuan: mencarikan dokumen yang diperlukan, halaman berapa yang harusnya dibuka dan diserahkan kepada petugas imigrasi. Di sini sudah mulai terdengar, “ Hajj....Hajj....”, “Satu-satu”, dari lisan orang arab. Dan kata-katan itulah nantinya akan lebih seirng terdengar di tanah suci. Proses pemeriksaan dokumen imigrasi memakan waktu paling tidak 3 (tiga) jam.
Setelah itu giliran mengambil tas koper yang turun dari bagasi. Sulit dan menjemukan! Selain kopernya memang berat, barangnya banyak dan sama warnanya! Peran ketua regu dan ketua rombongan mulai diperlukan di sini. Kerja sama dar sesama jamaah juga diperlukan, untuk membantu membawakan koper milik jamaah yang sudah tua dan tidak kuat membawanya. Setelah seluruh regu terkumpulkan setiap koper milik anggotanya, tinggal menunggu jemputan bis yang akan membawa kita ke maktab di Mekah (Jamaah Haji Gelombang II). Sambil menunggu jemputan ini, di bandara kita bisa mengganti SIM Card Arab Saudi, karena akan banyak kita temui orang yang menawarkan SIM card Arab Saudi, yang harganya lebih murah jika dibandingkan harga di tanah air, baik dari mukimin (orang Indonesia yang telah bermukim/bekerja di Arab Saudi), maupun warga negara lain yang tengah menjadi mukimin di Arab Saudi. Ternyata, harga yang benar-benar murah adalah harga di konter provider mereka sendiri yang terdapat di Bandara King Abdul Aziz juga! Selain konter penjual SIM Card, ada juga konter penjual makanan ringan. Lama menunggu di sini, akhirnya menjelang magrib, bus berangkat menuju ke Makkah.......
Perjalanan ke Mekah
Dari sinilah beberapa kesulitan mulai ditemukan. Setelah pemeriksaan paspor dan visa di Bandara selesai, calon jamaah haji diminta untuk mengumpulkan paspor dan visa untuk diserahkan kepada pengelola maktab. Sebagai gantinya kita mendapatkan gelang identitas Maktab, yang harus selalu kita kenakan selama berada di Mekah. O ya, karena saya termasuk pemberangkatan Gelombang II, maka dari Bandara langsung menuju ke Mekah. Gelombang II adalah pemberangkatan yang waktunya sudah mendekati waktu haji yaitu 8 – 13 Dzulhijjah. Sedangkan Gelombang I adalah pemberangkatan perioda awal, dari Bandara langsung menuju Madinah. Kembali ke masalah paspor dan visa tadi, calon jamaah harus berhati-hati! Dalam beberapa kasus, ada paspor milik calon jamaah yang terselip/ketlingsut (atau katakanlah hilang). Jika ini terjadi maka, seluruh jamaah akan ikut menanngung akibatnya: molor jam keberangkatannya sampai paspor tersebut terketemukan.
Saat itu menjelang maghrib, perjalanan menuju kota Mekkah dimulai. Perasaan hati sudah mulai campur aduk, ada rasanya tak percaya bahwa aku dan istri telah sampai di tanah suci. Karena perasaan tersebut, aku menjadi tidak bisa tidur dalam perjalanan, meski biasanya aku gampang tertidur kalau di perjalanan. Tidak banyak pemandangan yang dapat aku temukan, kecuali nyala lampu yang terang benderang di mana-mana, sepanjang perjalanan. Satu saja yang membuatku takjub: gerbang masuk kota Mekkah berupa hiasan pedang besar dua buah yang melingkupi lebar jalan, dari dua arah yang berlawanan. Pemandangan sisanya yang membuat aku heran adalah mobil-mobil yang teronggok di jalan, baik yang masih kelihatan baru maupun sudah lama, hampir tanpa ada yang usil untuk memprethelinya, seperti yang terjadi di Indonesia.
Memasuki kota Mekkah, suasana ramai calon jamaah haji sudah terlihat, dari berbagai negara, berbagai macam warna kulit dan berbagai aneka pakaian yang dikenakan terlihat lalu lalang di sepanjang jalan, penuh menutup badan jalan. Penasaran dengan keberadaan masjidil haram, aku tengak-tengok ke setiap sudut jalan, tetap saja belum menemukannya. Seperti yang sudah saya tulis di depan, kesulitan mulai datang: sopir bus ternyata tidak dapat menemukan tempat penginapan. Seperti kita ketahui, tenaga sopir kebanyakan adalah pekerja musiman, yang didatangkan oleh pemerintah Arab Saudi dari negara-negara tetangganya. Hampir empat kali memutar, bolak-balik, alhamdulillah akhirnya dapat menemukan. Pengelola maktab menyambut di atas bus, ucapan selamat datang dan doa demi kelancaran selama di tanah suci.” Tempat bagus, tempat bagus” katanya dalam bahasa Indonesia. Dan disinilah, Nakkasah, prosesi itu saya mulai, sekitar pukul 22.00 waktu setempat.
Seluruh penumpang turun, pembagian jatah kamar, sedangkan kopor besar diserahkan kepada tenaga lokal (tenaga hotel penginapan) dengan borongan. Kebetulan hotel tempat penginapan kecil dan liftnya terbatas kapasitasnya, sangat berat untuk membawa naik ke lantai atas, apalagi untuk calon jamaah yang sudah tua-tua. Kapasitas kamar berbeda-beda, ada yang cukup untuk 5 orang ada yang cukup 7 orang. Istirahat sebentar, untuk kemudian bersiap-siap melaksanakan thowaf qudum, thowaf selamat datang di Mekkah. Sedangkan untuk modifikasi kamar supaya bisa dipakai untuk memasak, pasang jemuran dilakukan sambil berjalan esok harinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
gara-gara akik
Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...
-
Perjalanan hidup kali ini membawaku ke Kota Muara Teweh, Ibukota Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, kira-kira 10 jam perjal...
-
Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...
-
Jaman Aku kecil dulu............. 1. Petik buah di halaman, terus bagi ke tetangga kiri dan kanan 2. Buang bangkai dengan cara mengubur di...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar