Tidak tahu lagi siapa yang salah, yang lebih salah dan yang sangat-sangat salah.
Awalnya berita di koran, seorang kelasi tewas dibunuh gara-garanya karena menegur sekawanan pemotor yang menghalang-halangi jalannya truk yang sedang dia kawal. Entah karena lambat ditangani oleh pihak Kepolisian, atau karena ada sebagian orang yang tidak sabar karena penanganan kasus pembunuhan tersebut yang lambat, tidak berapa lama kemudian muncullah aksi balasan. Mereka yang tidak sabar ini kemudian menyerang beberapa gerombolan pemotor di beberapa titik lokasi, dan pos polisi!
Polisi bertindak, dengan menggandeng TNI mereka berpatroli untuk mencari gerombolan pemotor tersebut. Kenapa perlu "gandengan"? Bukankah sudah diberi kemandirian, lewat Undang-Undang yang sah? Lantas, dalam kasus teroris kenapa Polisi bisa begitu sangat sigap, serang sana sini, tangkap sana sini. Apalagi kalau menyangkut rakyat kecil......?
Coba saja kalau kita sudah berupaya "taat peraturan", kita pasti masih dicari-cari kesalahan yang lain, bukannya malahan diapresiasi: kasih ucapan selamat misalnya. Pernah suatu ketika bertugas di Kalsel, perusahaan sudah membeli BBM industri, tiba gilirannya untuk dibagi-bagi ke lokasi yang memang tersebar, di tengah jalan terhadang patroli, e.......surat-surat sudah lengkap sekalipun, masih saja diminta ini-ini.....dilimpahkan ke teman polisi berikutnya, berbelit-belit lah pokoknya. Begitu tidak menemukan kesalahan, e......dibiarin begitu saja.
Sebenarnya Polisi mempunyai banyak kesempatan untuk membangun citra, yang langsung bisa kelihatan di mata warga. Ini berbeda dengan tempat TNI, yang sukar untuk dilihat warga. Polisi akan dengan mudah dilihat warga untuk kemudian dinilai bagus dimata warga, jika dijalan ketika patroli, memberi apresiasi, memberikan edukasi terhadap kesalahan yang sangat ringan dan memberitahu kesalahan warga seandainya memang rambu-rambu larangan tidak/kurang terlihat dengan jelas. Bukannya menunggu sebuah jebakan atas kekurangtahuan warga.
Saya lahir di Sedan (C2N), Kab Rembang, Jawa Tengah. Sekolah dari SD hingga SMP di Sedan, SMA di Rembang kemudian lanjut kuliah di Jogja. Setelah bekerja, awalnya di Konsultan, pindah LSM dan pindah lagi di Kontraktor, proyekan. Sebagai orang proyek, otomatis sering berkembara dari satu kota ke kota lainnya. Blog ini adalah sarana menyimpan memori setiap bentuk kenikmatan yang selalu saya terima selama pengembaraan tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
gara-gara akik
Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...
-
Perjalanan hidup kali ini membawaku ke Kota Muara Teweh, Ibukota Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, kira-kira 10 jam perjal...
-
Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...
-
Jaman Aku kecil dulu............. 1. Petik buah di halaman, terus bagi ke tetangga kiri dan kanan 2. Buang bangkai dengan cara mengubur di...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar