Kamis, 24 Desember 2009

Cemburu tandanya cinta

Sendiri, tanpa keluarga di Aceh, membuatku tak "nyaman",.....kurang hiburan. Beberapa cara mengatasinya adalah nongkrong di warkop, sepedaan, jogging, main badminton dan jalan-jalan dengan teman-teman: agam maupun inong, tetapi kadangkala juga cuman berdua.

Sewaktu di Meulaboh. hampir tiap Sabtu dan Minggu pagi, aku dan seorang teman berjalan kaki dari kos di Jalan Sentosa menuju pantai Suak Ribee. Kongkow sambil minum kopi atau kelapa muda di pantai, sampai menjelang siang aru kembali jalan kaki menuju pulang. Atau singgah sebentar di Pasar Bina Usaha mencari ikan dan bumbu lainnya untuk keperluan masak-memasak di kos. Kami pernah juga jalan kaki berdua di Banda Aceh, dari Geuci - Neusu - Teuku Umar - Sudirman (Setui) lalu kembali lagi di Geuci.

Tatapi yang paling sering adalah nongkrong sambil minum kopi, ramai-ramai. Kopi di Aceh sungguh berbeda rasanya dengan kopi di tempat lain, yang selama ini aku pernah rasakan. Ada yang bilang itu karena dicampuri dengan "serbuk tambahan". Terlepas dari salah benarnya, kenyataanya memang enak, terutama di kedai-kedai kopi yang sudah punya nama. Suasana ngobrol dengan teman juga membuatku cukup kerasan mengatasi kesendirian.

Kadang-kadang (bahkan seringkali) teman-teman mengajak pul-kumpul di suatu tempat: bercanda dan foto-fotoan mengabadikan momen. Pernah menginap bareng di daerah pantai terpencil, naik sepeda tersesat di persawahan dan perbukitan, dan lebih seringnya ke tempat-tempat yang eksotis, pemandangan alam yang indah, karena sungguh amat indah negeri Aceh ini.

Aku sungguh menikmati kegiatan ini, dalam kesendirianku. Tidak ada pretensi dan tendensi apa-apa, utamnya terhadap "inong mameh". Apalagi Aceh menerapkan syariat Islam. Tujuannya hanya untuk sekedar persahabatan dan menghilangkan kejenuhan. Namun istriku yang jauh disana.......ternyata tidak, dia komplain berat! Sungguh selama ini aku tidak menyadari bahwa kesenanganku selama ini telah melukai perasaanku istriku. Ah.....cemburu memang tandanya cinta!

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...