Jumat, 15 Januari 2021

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari Muara Teweh. Saya dan istri juga kakaknya tidak setuju, ketika ia menyampaikan keinginannya untuk memakainya ke sekolah. Kami bertiga khawatir, akik tersebut akan hilang, entah karena ia kelupaan, atau dipinjam temannya dan tidak dikembalikan. Tetapi dia ngotot akan memakainya ke sekolah, dan kami bertiga akhirnya mengalah.

Pulang dari Sekolah Dasar, alhamdulillah, ia dengan bangga pulang dengan akiknya yang masih utuh. Sorenya, waktu untuk mengaji ke TPA, ia masih tetap ingin memakainya. Dan di sinilah permasalahan bermula.....

Sore menjelang Pukul 5, saya bersiap menjemputnya di depan gerbang TPA. Sesaat setibanya ia di gerbang tidak ada apa-apa, tapi begitu menengok ke arah saya, meledaklah tangisnya. "Akik saya hilang....., saya sudah melarang untuk dipinjam, tapi temanku merebutnya", ceritanya kepadaku. Besoknya, saya ajak anakku untuk menemui temannya yang meminjam akik tersebut di rumah orang tuanya. Kedatanganku berdua disambut Bapaknya, kemudian saya utarakan maksud kedatanganku, berbasa-basi sebentar kemudian saya berdua berpamitan dan pulang. Saya berpesan kepada Bapaknya agar akik yang dipinjam anakku dikembalikan. Sesederhana itu, tidak kurang tidak lebih. Sore hari sepulang mengaji, anakku pulang dengan ceria, akik yang kemarin dipinjam temannya dan katanya hilang, telah dikembalikan. Alhamdulillah.......

Selasa, 19 Februari 2013

Muara Teweh, KALTENG

Perjalanan hidup kali ini membawaku ke Kota Muara Teweh, Ibukota Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, kira-kira 10 jam perjalanan dari Kota Banjarbaru (Bandara Syamsudin Noor, Banjarmsin), Kalimantan Selatan. Kota kecil, dengan topografi naik-turun dan berkelok, enak untuk berkendara.

Dengan aliran sungai Barito, Kota Muara Teweh sesungguhnya sangat bergantung pada aliran sungai ini. Hampir di setiap titik di tepiannya merupana pelabuhan / jetty tempat berlabuh kapal-kapal: speed boat, klothok, dan LCT, tentu saja dengan selingan rumah-rumah penduduk yang masih banyak mengapung di atas sungai. Kala ketinggian air normal, banyak dijumpai klothok, speed boat, LCT kecil dan besar yang bermuatan batubara lalau lalang di atasnya.

Transportasi air mengakibatkan adanya biaya tambahan, sehingga barang-barang yang ada di kota ini lebih mahal. Bahan bakar minyak juga susah dibeli di SPBU. Setiap kali pasokan datang, langsung habis. Tidak demikian halnya dengan BBM di kaki lima, menjamur dimana-mana. Di SPBU tiada, di kaki lima selalu ada! Karena inilah Indonesia: masih belum bisa menjamin kesejahteraan rakyatnya.

Masyarakatnya beragam: Dayak, dan para pendatangnya yang kebanayakan dari Jawa. Dengan pemeluk agama yang hampir sama tidak ada yang dominan, sehingga relatif toleran dalam kemajemukan. Kejahatan pencurian kayaknya jarang, karena para tetangga masih dengan tenangnya meletakkan kendaraan: mobil dan sepeda motor di beranda rumah, 24 jam.

Minggu, 01 Juli 2012

Renungan: Dulu dan Kini

Jaman Aku kecil dulu.............
1. Petik buah di halaman, terus bagi ke tetangga kiri dan kanan
2. Buang bangkai dengan cara mengubur di halaman belakang dengan lubang yang dalam
3. Parkir sepeda di pinggiran, di larang duduk di pintu karena tak sopan
4. Naik Sepeda: tanpa suara, tanpa asap berkepulan
5. Bangun pagi: isi bak mandi dengan timba dari sumur, baru bisa sarapan
6. Sore hari mengaji lalu belajar
7. Main Umpetan barengan, berteman kegelapan dan cahaya rembulan
8. Cari kayu bakar, gratis dan mudah mendapatkan
9. Bantu kerjaan orang tua, kalau tidak mau dihukum gak dikasih makan
10.Hiburan massal; layar tancap sekali sebulan!


Jaman Sekarang:
1. Bodo amat dengan tetangga, bisa metik aja masih mendingan! (Karena sering kecurian)
2. Ada bangkai: lempar aja ke jalan!
3. Parkir aja sembarangan, kalaupun ada mobil yang kesulitan mau lewat yaa..biarkan!
4. Knalpot melengking kencang, gagah-gagahan!
5. Bangun pagi, tunggu sarapan kalau tak ada ya beli di sekolahan.
6. Sore hari waktunya sinetron, kalau enggak ya FACEBOOk-an
7. Masih ngumpet sih...tapi untuk internetan
8. Minta pulsa, buat SMS-an
9. Tidak pedulian, bahkan orang tua yang menyuruh makan
10.Bentuk perkumpulan, eksiskan diri, cari mangsa tiap malam..................

Minggu, 17 Juni 2012

Oleh-oleh....? Ternyata dari tanah air!

Jangan terburu-buru dalam membeli oleh-oleh di tanah suci, teliti terlebih dulu barang tersebut, karena ada beberapa barang yang ternyata berasal dari tanah air, dikirim ke tanah suci, untuk kemudian dijual bagi para jamaah haji dari seluruh penjuru dunia.

Saya tidak sengaja menemukan fakta tersebut, ketika setibanya di tanah air, berkesempatan berjalan-jalan di Martapura, Kalimantan Selatan. Barang-barang yang banyak dibeli oleh jamaah haji sewaktu di tanah suci, saya temukan di pertokoan di Martapura ini. Peci, baju gamis, minyak wangi dan pernik-pernik tasbih. Kata sang pedagang tersebut banyak barang-barang yang dibuat di Kalimantan (Selatan) terus dikirim ke Tanah Suci. Seperti tasbih, katanya, ada yang bahannya memang dari luar (kayu kokka) diolah di Kalimantan, setelah jadi baru kemudian dikirim kembali ke tanah suci.

Memang, saat saya belanja di Martapura, barang-barang tersebut: seperti tasbih, banyak dijual dengan mutu yang sangat bagus. Rasanya memang masuk akal, kalau tasbih tersebut memang produk dari Kalimantan, diekspor ke Arab Saudi, dan dijual kembali bagi para jamaah haji, termasuk jamaah haji dari Indonesia sendiri.

Jadi, teliti sebelum membeli kalau tidak mau merugi!

Sabtu, 16 Juni 2012

Potret Buram di jalur PANTURA

Rasanya lain, ketika biasanya kita menggunakan mobil penumpang dalam perjalanan jauh berganti dengan naik mobil barang.

Pertama-tama dalam hal kenyamanan, tentu saja naik mobil barang kurang nyaman. Hal yang biasa, sangat lumrah!

Hal berikutnya adalah: Serasa sebagai santapan enak bagi aparat penguasa jalanan. Naik mobil barang, kita berkewajiban masuk ke stasiun penimbangan kendaraan. Namanya juga sedang dalam perjalanan, mesti kita mengejar waktu. Untuk praktis biasanya pengemudi memilih praktek salam tempel kepada petugas: lewat, lipat uang, salam tempel, lanjutkan kendaraan........

Kemudian di saat perjalanan, akan banyak petugas yang memelototi kita dan menyuruh kita berhenti: sekalipun muatan kita "tidak seberapa". Ada yang menanyakan surat KIR, Pening, Pengecatan Nomor Kir, dan ada juga yang menanyakan Surat Ijin ....apa gitu saya lupa.....Petugas menunjukkan contoh surat tersebut, tapi anehnya yang ditunjukkan adalah Surat dari luar daerahnya tempat dia bekerja. Tidak kalah canggihnya, untuk menakut-nakuti sang sopir mereka juga melengkapi Kertas Sakti yang berisikan nilai denda-denda atas pasal-pasal yang dilanggar sang sopir!!! Yang mengagumkan, Petugas tersebut masih muda-muda lagi.......

Aku membayangkan, bagaimana penderitaan sang sopir yang muatannya berlebih, atau surat/dokumennya tidak lengkap, jadi apa mereka......?

Selasa, 22 Mei 2012

Jogjaaa....!

Napak tilas, itulah kata-kata pertama yang terlintas dalam benakku ketika mendapatkan tugas berangkat ke jogja menemui mitra kerja sebelum berangkat ke luar kota yang lebih jauh lagi.

Perjalanan dimulai dengan naik bus dari kota tua Lasem menuju ke Semarang. Berbeda dengan waktu dulu memang, kali ini naik PATAS: ber AC, dua kursi dengan masing-masing dua tempat duduk dalam satu barisnya. Cukup nyaman. Jalanan sudah cukup lebar, walau masih ada perbaikan di ruas-ruas tertentu yang bisa membuat macet perjalanan. Lama perjalanan tidak jauh berbeda untuk tiba di Semarang.

Terminal Semarang; masih tetap seperti dulu, kumuh dan jorok sangat jauh berbeda dengan Terminal Bungurasih di Surabaya: bersih, tertib dan nyaman. Teringat saat kuliah dulu, cukup beli tiket peron terminal sekali kemudian simpan ke dalam dompet, dan tunjukkan ke petugas tiap kali masuk ke dalam terminal ini, Irit!

Setelah turun, saya berpindah ke Bus PATAS jurusan Jogja. Keluar area terminal, masih tetap seperti dulu: macet di pertigaan jalan Kaligawe. Tidak tahu, apa petugasnya tidak merasakan kemacetan ini, atau memang sudah putus asa menangani kemacetan, sehingga masih saja MACET, seperti dua puluh tahun silam.

Selepas jalan Kaligawe, kini sudah ada jalan tol, sehingga tidak perlu repot-repot memecah kemacetan di tengah kota Semarang. Perjalanan lancar sampai dengan menjelang kota Magelang, di daerah Payaman yang macet karena ada perbaikan jalan. Menjelang masuk Muntilan, terlihat puncak Merapi sehabis letusannya sekitar dua tahun yang lalu. Juga di sungai-sungai yang terlewati, sisa lahar dingin masih terlihat nyata menyumbat aliran sungai ini.

Tiba di Terminal Jombor, penumpang diturunkan dari bus patas ini, dan dipindahkan ke mobil station bagi yang bertujuan ke Terminal Giwangan. Jalan lingkar sudah terbangun mulus, mengantarkan saya ke Terminal Giwangan, pengganti Terminal Umbulharjo yang sudah berganti menjadi mall, kata sang sopir mobil station ini. Di perjalanan menuju Terminal Giwangan ini, dapat saya saksikan terjadinya perbedaan nuansa dengan saat saya kuliah dulu. Hampir di sepanjang jalan, terlihat toko-toko fashion, butik, disctro dan sejenisnya yang sangat menjamur tumbuh di Jogja. Juga mini market - mini market, yang buka 24 jam.

Ketika pesawat yang seharusnya membawa berangkat ke luar kota dari Jogja tertunda, terpaksa saya harus menginap di kota Jogja. Sewaktu memesan hotel langganan di sekitar JAKAL (jalan kaliurang) sudah full booked, karena bersamaan dengan acara wisuda di UGM, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan hotel tempat menginap. Dengan terpaksa, saya menemukan "KOS EKSKLUSIF". Wouw....Kamar kos bertarif hotel: AC, TV, Air panas, spring bed. Di parkiran berjejer mobil-mobil, di pintu depan resepsionis dengan kuitansi dan setumpuk surat pernyataan yang harus ditanda tangani calon penghuni! Harganya? Harga sewa semalam sama dengan sewa kamar kos saya untuk setahun di dua pukluh tahun lalu!

Zaman telah berubah............., Jogjapun juga!

Tips Praktis barang2 yang perlu dibawa oleh calon jamaah haji

Di tanah suci, kita akan banyak bergerak, berpindah tempat dan berkumpul dengan jutaan orang dari seluruh pelosok penjuru dunia. Kita berusaha untuk tetap dalam satu kelompok, terutama saat awal-awal kedatangan di tanah suci. Akan tetapi kondisi yang demikian sangat sulit tercapai, karena ya itu tadi: jutaan jamaah berkumpul jadi satu!. Berikut adalah tip praktis, barang-barang yang perlu dibawa, dan kegiatan sehari-hari di tanah suci:

1. Sesedikit mungkin membawa uang tunai. Uang saku dari Pemerintah saat pembagian di Embarkasi, sudah lebih dari cukup. Bawalah ATM yang berlogo "Cirrus", "Visa" dan sejenisnya. Kalau kekurangan uang baru mengambil di ATM setempat yang banyak kita jumpai. Untuk itu harus familiar dengan bahasa Inggris dan Arab. ATM di tanah suci bisa mengeluarkan lebih dari satu macam pecahan dalam sekali penarikan. Tidak seperti ATM di tanah air, yang hanya bisa mengeluarkan satu macam pecahan saja dari satu ATM; kalau tidak 50 ribuan ya seratus ribuan. Mata uang yang muncul, sudah pasti dalam bentuk riyal. Saldo kita akan dikonversikan secara otomatis ke dalam riyal.

2.Pakaian juga sesedikit mungkin, karena biasanya kita akan berbelanja pakaian di tanah suci, baik itu untuk kepentingan kita sendiri maupun untuk oleh-oleh handai taulan. Kebanyakan kita akan membeli perlengkapan sholat: baju gamis, sajadah, mukena, tasbih dll di tanah suci, walau sebenarnya barang-barang tersebut bukan produk Arab Saudi, tetapi dari Cina, India, Turki atau bahkan dari Indonesia sendiri.

3. Perhiasan tidak perlu dibawa. Walau tanah suci aman dari kejahatan, tetapi kehilangan barang tidak selalu berasal karena kejahatan, tetapi bisa dari kelalaian diri kita sendiri.

4. Pilih sandal yang "tampil beda", karena di tengah tumpukan sandal dari jutaan jamaah kita akan lebih mudah menemukannya. Apalagi saat di Arofah dan Mina, berkumpul dalam satu tenda, orang akan dengan mudah keliru untuk memakai sandal yang mirip dengan miliknya sendiri, tanpa disengaja. Apalagi kalau dengan sengaja, karena terburu-buru.

5. Bawalah tas pinggang / ransel untuk membawa barang bawaan: bekal makanan, minuman, perlengkapan sholat, pakaian ganti ataupun jerigen air zam-zam sekalian, jika kita masukkan ke dalam tas pinggang/ransel akan terasa lebih ringan jika dibandingkan dengan mengangkatnya dengan tangan. Kita akan lebih senang meminum air zam-zam setiap hari di tanah suci. Untuk itu, kita akan mengambil persediaannya di masjidil haram untuk kemudian kita bawa ke maktab. Demikian seterusnya kita sehari-hari di sana.

6. Untuk yang berpasangan, setelah thowaf dan sa'i berdua, akan lebih aman jika kemudian saat sholat berjamaah, sang istri mengambil tempat khusus puteri. Tempat tersebut kemudian diingat-ingat terus, untuk selanjutnya setiap kali, beribadah dipakai sebagai tempat bertemu kembali. catat nomor pintu, atau nomor rak Alquran terdekat dengan posisi istri/ sang puteri.

7. Usahakan ke tempat wudlu / kamar kecil jauh sebelum saat pelaksanaan sholat berjamaah. Malahan kalau bisa, pergilah ke tempat tersebut saat selesai waktu sholat berjamaah, karena saat tersebutlah tempat-tempat tersebut relatip sepi pengunjung.

8. Kalau hendak berumroh dengan miqot di Masjid 'Aisyah (Tan'im)hendaklah berombongan. Dengan begitu kita akan dapat berlangganan dengan mobil yang sebelumnya telah kita naiki, kemudian kita mintai nomor telponnya, sehingga kita tinggal menelpon dia dan janjian berangkat jam berapa. Biasanya, kebanyakan berangkat tengah malam, kemudian thowaf, sa'i istirahat sebentar sambil menunggu waktu shubuh. Sedangkan kalau mau sendiri/berdua cukup gampang juga hanya perlu waktu menuggu sampai pempangnya penuh baru berangkat. Sedangkan kalau pengin tarif lebih murah, bisa berangkat setelah shubuh naik bus di terminal dekat masjidil haram, berjalan kaki kurang lebih setengah kilometer, dengan tarif 2 SAR sekali naik.

9. Untuk berkomunikasi dengan keluarga di tanah air, sekarang banyak pilihan. Tanpa perlu ganti SIM card pun bisa. Tapi pengalaman kami, dengan mengganti SIM card dengan kartu M*B*L* komunikasi tidak menemukan hambatan. Panggilan telpon tidak terlalau mahal, dan yang lebih penting adalah transfer data via internet tidak terasa potongan pulsanya. Tidak seperti operator di tanah air, jika kita tidak menggunakan yang "unlimited", pasti borosnya tidak ketulungan. Untuk menghemat biaya komunikasi, kami menggunakan "Whatsapp" versi android, dimana kita dapat chatting, kirim gambar, bahkan video kepada keluarga di tanah air. Atau sekali-sekali menggunakan "skype" yang gratis tetapi kualitasnya kurang bagus.

Demikian trip praktis ini, semoga bermanfaat dan menjadikan Haji anda Mabrur........

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...