Selasa, 27 Juli 2010

Diramal kerja di Bumi Borneo


Sesaat setelah boarding, pikiranku menerawang ke masa silam....kala itu sekitar tahun 1997, dua tahun setelah perkawinanku, di jalan toddopuli raya 77, panakukang, ujung pandang, kantor sekaligus mess tempat tinggalku. Seorang remaja lulusan STM Pembangunan, yang membantuku dalam survey pekerjaan sipil, berceloteh seolah-olah seluruh ucapannya tidak dikehendaki dari pikirannya. Sambil mondar-mandir, ke ruang depan, masuk lagi ke ruang belakang, dan kembali lagi ke ruang depan tanpa henti. Setiap kata, seluruh kalimat yang dikeluarkannya, aku dengarkan, datar, tanpa reaksi apapun, baik itu setuju ataupun menolak.
Seolah tidak ada rem yang bisa mengunci mulutnya, terus saja ia mengeluarkan kalimat-kalimat yang menceritakan kehidupanku di masa depan. Menurutnya dia hanya menceritakan apa-apa yang dia lihat di sebuah buku, cerita bergambar yang samar-samar, yang dengan keterbatasannya, ia lihat, lalu ia ceritakan kepadaku. Beberapa diantaranya adalah: bahwa aku kelak akan "hidup" di Kalimantan, dan punya anak tiga orang.
Lama sudah peramalan itu berlalu. Bahkan akupun telah berganti pengabdian, keluar dari perusahaan yang lama, berganti dengan yang baru. Aku juga sempat terlempar ke ujung barat Indonesia, yang semakin menghapus ramalan itu.
Sekejap, aku terkejut, ketika sang pramugari mengumumkan bahwa sebentar lagi akan mendarat di Bandara Syamsuddinnoor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Antara percaya dan tidak, aku turuni tangga pesawat, 'tuk memulai kehidupan "proyek"ku dengan durasi 2 (dua) tahun, sambil membayangkan ketiga jagoan-ku yang aku tinggalkan nun jauh di sana, di Rembang, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...