Minggu, 31 Januari 2010

Budi mulia dari pinggiran sungai di Lambhuk, Banda Aceh

Banda Aceh, pertengahan 2007, meskipun ini bukan yang pertama kali aku di Banda Aceh, namun aku masih bingung mengenai kota ini. Pindahan dari Meulaboh, aku mendapatkan penugasan yang baru di kantor Banda Aceh, untuk sebuah proyek di Lamno, Kec. Jaya, Kab. Aceh Jaya. Di tempat baru ini, aku membutuhkan tumpangan sementara untuk tempat baruku yang masih asing ini. Alhamdulillah aku mendapatkan bantuan dari budi mulia seorang teman yang dulunya sekantor sewaktu di Meulaboh. Selama hampir satu bulan aku numpang gratis di tempatnya, di daerah Lambhuuk. Pagi hari berangkat barengan naik sepeda motornya ke kantor, sore hari pun demikian pula. Ya Allah muliakanlah orang-orang mulia ini, doaku. Tidak berapa kemudian, aku mendapatkan tempat kos, masih di tempat teman sekantor yang lainnya lagi.

Hampir dua tahun setelahnya, aku sudah sangat mafhum tentang Kota Banda Aceh. Namun tidak halnya dengan masalah fotografi, kegiatan yang menjadi hobi baruku. Budi mulia itu datang dari pinggiran sungai di Lambhuuk juga, namun beda orang dengan sebelumnya, tapi masih teman sekantor juga sewaktu di Meulaboh. Pertama datang di Kos-anku Keutapang, dia bawakan lensa manual miliknya, lalu dia ngajari pemasangan dan pemakaian lensa tersebut untuk kameraku. Waktu saya tanya harganya berapa, dia bilang: sudah pakai aja dulu! Beberapa bulan berselang, aku kembali bertanya, jawabannya sedikit berbeda dengan sebelumnya, dengan menghilangkan kata "dulu"nya, menjadi: "Sudah pakai saja!". Ya Allah muliakanlah orang ini, doaku. Aku lalu flashback ke belakang, kala dia mengantar lensanya: Dia Datang dengan ketulusan, pulang dengan kerelaan.

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...