Selasa, 31 Januari 2012

Berhajilah selagi Muda (03) Persiapan pemberangkatan

Setelah Iedul Fitri 1431 H, kami mendapatkan Undangan Pemberitahun persiapan pemberangkatan Jamaah haji untuk perioda 1432H (Jamaah Haji tahun 2011). Dari sini sudah ketahuan, kloter dan tanggal keberangkatannya. Ini berhubungan juga dengan Gelombang pemberangkatan, dimana kalau Gelombang I (saat-saat awal pemberangkatan), calon jamaah haji akan langsung menuju ke Madinah terlebih dahulu. Sedangkan kalau Gelombang II (saat-saat akhir pemberangkatan), calon jamaah haji akan langsung menuju ke Makkah. Kebetulan saya mendapatkan Gelombang II, Kloter 82 SOC Solo.

Saat itu posisiku masih di Kalimantan, karena masih harus tetap bekerja. Pertemuan rutin dalam rangka persiapan pemberangkatan memang sering dilakukan oleh pemerintah kabupaten, dalam hal ini wakil kementrian agama. Dari puluhan kali pertemuan, aku hanya bisa hadir sekitar 3 kalinya saja, selebihnya diwakili oleh istriku. Atas masukan dari saudara, dan teman-teman, aku ikut bergabung dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), miilik seorang tokoh karismatik dari daerahku. Aku sedikit beruntung, dimana sebelumnya karena aku sudah membuat paspor, sehingga saya tidak perlu bolak-balik Rembang – Kalimantan hanya untuk mengurus paspor. Aku hanya pulang ke Rembang saat harus mengikuti vaksinasi meningitis, syarat wajib yang tidak bisa diwakilkan. Aku juga hanya beberapa kali mengikuti kegiatan manasik haji yang diselenggarakan oleh KBIH, karena keterbatasanku yang masih harus tetap bekerja di Kalimantan. KBIH juga menginformasikan pemilihan Haji Tamattu' dan sekalian mengumpulkan biaya denda akibat pemilihan haji tamattu' tersebut ke dalam paket biaya keikutsertaan dalam KBIH.

Beberapa bulan sebelum keberangkatan, para jamaah calon haji mendapatkan kiriman satu paket buku bimbingan manasik haji dari Kementerian Agama. Paket buku ini melengkapi beberapa buah buku yang sebelumnya saya beli. Sehingga praktis persiapan “belajar”ku hanya melalui buku-buku, internet dan crita dari istriku saat manasik di KBIH. Sebulan (kalau tidak keliru...) sebelum keberangkatan, giliran kain batik untuk seragam “INDONESIA”, aku dapatkan. Disusul yang paling akhir adalah 3 (tiga) buah tas: tas pinggang, tas tenteng dan tas koper.

Salah satu fungsi dari pertemuan tersebut adalah perkenalan dengan sesama jamaah calon haji, petugas haji dan pembentukan regu dan kelompok untuk operasional nantinya di tanah suci. Di antara sesama anggota regu dan kelompok juga mengadakan pertemuan untuk membahas kepentingan regu dan kelompok. Seperti kita ketahui, saat di Mekah para jamaah haji tidak mendapatkan catering, sehingga harus masak sendiri atau secara berombongan. Lha untuk meringankan barang-barang yang dibawa, antar anggota regu dibagi-bagi yang berkewajiban membawa alat-alat masak dan bumbu-bumbunya, juga minuman kesukaan masing-masing jamaah haji. Untuk keperluan kelompok membahas teknis penyeragaman koper sehingga mudah menemukannya saat turun dari pesawat dan bus menuju ke maktab masing-masing. Sedangkan pertemuan yang sangat penting adalah yang diadakan oleh KBIH, yang mengajarkan tata cara ibadah haji sesuai tuntunan Nabi, agar ibadah haji kita sesuai sah dan diterima oleh Allah SWT. Pertemuan ini dilaksanakan setiap minggu, setiap tahapan ibadah haji yang harus kita lalui. Selain itu, KBIH juga mengatur anggota rombongannya untuk ‘menyeragamkan’ pakaiannya sehingga mudah dikenali saat berada di tanah suci nantinya. Caranya? Untuk Jamaah haji perempuan, dengan menggunakan kerudung kuning, sedangkan untuk jamaah haji laki-laki dengan memberi tanda garis biru di pakaian ihramnya. Di tengah-tengah persiapan keberangkatan, kebiasaan di desa saya adalah: para tetangga dekat dan jauh berdatangan untuk memberikan doa dan dorongan agar diberi kesehatan dan kekuatan saat di tanah suci.

Sekitar dua minggu sebelum keberangkatan, para tamu mulai berdatangan silih berganti, mulai dari pagi sampai malam hari. Anakku yang paling kecil mulai mengetahui bahwa bapak dan ibunya akan pergi jauh dan untuk waktu yang cukup lama. Kemana saja saya pergi, dia selalu mengikuti, takut kalau nanti ditinggal, karena setiap kali ditanya para tamu, dia selalu bilang akan ikut. Untuk mengatasi hal ini, agar saat si kecil ditinggal di rumah tidak rewel, saya meminta bantuan seorang yang sangat alim di desaku untuk mendoakan si kecil ini: suwuk istilahnya. Dengan perantaraan air minum yang telah diberi doa oleh orang pintar tersebut, lalu aku campurkan ke dalam air susunya, aku berharap si kecil tidak rewel saat ku tinggal di rumah nantinya. Satu hari menjelang keberangkatan, petugas haji tingkat kecamatan mulai mengambil tas koper (besar) milik para jamaah haji untuk dikumpulkan di tempat pemberangkatan tingkat kecamatan. Setiap tas koper ditimbang, tidak boleh lebih dari 32 kg. Tas koper besar ini berisi kebutuhan utama saat berada di tanah suci: peraltan dapur, bumbu-bumbu masak, lauk yang tahan lama (seperti: abon, teri goreng dll), mi instan, minyak goreng, sabun cuci, piring, gelas dll. Sedangkan tes tenteng berisi pakaian danperelengkapan sholat secukupnya saat tinggal di Asrama Haji dan di perjalanannya, termasuk satu buah pakaian ihram di dalamnya. Sedangkan tas yan paling kecil, tas pinggang berisi dokumen, surat-surat penting: paspor, visa, KTP dan uang secukupnya.

Saat hari H, hari pemberangkatan, setelah sholat isya tepatnya. Dengan berpakaian batik, suasana syahdu sudah mulai terasa. Para tetangga berdatangan untuk melepas, jagoan pertama diungsikan kakeknya agar tidak melihat, jagoan kedua menangis tersedu-sedu dirangkulanku, suara lantunan doa dari para para menambah suasana semakin haru.........Satu persatu, para tetangga kami salami., terus berangkat menuju tempat pemberangkatan di tingkat kecamatan. Tiba di lokasi pemberangkatan, suasana semakin magis, sungguh di luar dugaanku! Pengunjung sangat ramai dan......hampir semuanya memeluk dan merangkulku saat aku berjalan turun dari mobil menuju tempat upacara pelepasan. Semoga cepat ketularan katanya! Di lepaslah kami oleh MUSPIKA: Camat, Danramil dan Kapolres menuju ke pemberangkatan tingkat kabupaten. Di tingkat kabupaten; hanya ketua regu dan ketua rombongan yang turun, jamaah lain tetap di duduk menunggu di dalam bis.

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...