Selasa, 31 Januari 2012

Berhajilah selagi Muda (01) Pendahuluan

Pendahuluan
Didasari oleh ketidakpuasan terhadap kekurangoptimalan pelayanan Petugas Haji Indonesia di tanah suci, saya menulis catatan ini dengan harapan semoga para pembaca tidak mengalami segala kekurangan yang diakibatkan oleh pelayanan petugas haji tersebut. Calon jamaah haji semoga dapat lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatan per-ibadah-an di tanah suci. Meskipun sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan cara mengikuti Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), namun akan jauh lebih baik, jika kita sedikit bergantung atau bahkan tidak bergantung pada orang lain. Karena ibadah haji adalah ibadah fi’liyah, yang berhubungan dengan kegiatan/pekerjaan, membutuhkan kebugaran fisik, maka kemandirian sangat dibutuhkan. Untuk persiapan sebelum berangkat, pelajarilah dengan seksama tata cara ibadah haji dan umrah yang benar. Salah satunya ada di link berikut: http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_rites_of_hajj_and_umrah.pdf


Sedangkan urutan proses ibadah haji dapat ditemukan di link ini:http://www.scribd.com/doc/23645999/Skema-ibadah-haji2

Catatan ketidakpuasan terhadap pelayanan petugas haji:

1. Tidak ada informasi perihal kondisi keadaan gawat darurat dan cara evakuasinya. Saya mengalami, awal-awal tinggal di Maktab, alarm tanda bahaya berbunyi, dengan segera saya bangunkan teman teman lainnya untuk segera evakuasi. Petugas haji tidak ada yang memberitahu. Alhamdulillah-nya ternyata hanya "gangguan" teknis semata, karena ada jamaah yang memasak di kamar sampai panas, sehingga alarm langsung berbunyi. Tidak bisa membayangkan seandainya alarm tersebut adalah benar-benar akibat adanya kebakaran.

2. Jamaah haji yang tua-tua, seharusnya diberi semangat untuk melakukan ibadah sunat di masjidil haram, diatur mungkin dengan berkelompok dan dipimpin sang petugas haji, yang terjadi adalah pembiaran tidak ada penyemangat untuk rajin ke masjidil haram. Ada beberapa jamaah yang sendirian (tanpa suami/istri) dan sudah tua mengikuti jamaah haji yang lebih muda, yang akibatnya si jamaah haji muda kurang optimal dalam menjalankan ibadahnya karena menemani jamaah tua tersebut.

3. Tidak ada pemberitahuan rute bagaimana kalau mau umrah, naik bus dimana, letak stasiun bisnya dimana dan seterusnya. Demikian juga saat saya dan teman memutuskan mengambil tanazzul, sehabis jamarat tanggal 10 dzulhijjah langsung menuju ke Mekah dan langsung balik lagi ke Mina, tidak diberitahu jalurnya. waktu itu saya dan teman memilih naik taksi yang harganya selangit, tetapi tetap saja harus jalan kaki yang cukup jauh, karena taksi tidak boleh masuk ke Mina saat tersebut. Belakangan saya diberi tahu teman jamaah dari kabupaten lain, yang ternyata ada rute yang bisa ditempuh dengan jalan kaki! Astaghfirullaah.....

4. Tidak memberikan solusi alternatip, seandainya satu rombongan ingin memilih cara yang berbeda. Dalam kasus pemilihan antara nafar awal ataukah nafar tsani misalnya, petugas cenderung untuk mengarahkan ke nafar awal, sedangkan yang memilih nafar tsani menjadi terabaikan.

5. Pengisian angket penilaian terhadap petugas haji. Memang hanya beberapa saja yang mendapatkan formulir ini, yang diberi terutama adalah yang berpendidikan dengan alasan jamaah inilah yang bisa mengisi dengan tepat. Sayangnya, pengisian cepat-cepat dilakukan tidak menunggu sampai menjelang selesainya pelaksanaan ibadah haji. Saya yang kebetulan mendapatkan formulir tersebut, dan berkeinginan untuk memberikan penilaian, di akhir pelaksanaan haji ternyata penilaian tersebut sudah dikumpulkan jauh-jauh hari sebelumnya.

6. Ini yang paling menyakitkan; saat waktunya ziarah, di bukit Uhud, si Petugas meminta supaya tidak ada jamaah yang turun dengan alasan waktunya yang pendek, takut tertinggal sholat arba'in di masjid Nabawi. Si petugas tidak berpikir bahwa ziarah juga penting dan jamaah telah membayar dengan harga yang mahal. Mungkin karena Si Petugas perginya gratis ditanggung negara, sehingga dengan gampangnya tidak memperbolehkan para jamaah untuk turun berziarah.

7. Saat ziarah di Jeddah, Si petugas yang sudah lebih dari sekali mendampingi jamaah haji di tanah suci, malahan tidur, tidak memberikan informasi tentang tempat-tempat penting di kota (berfungsi sebagai guide).

8. Dan yang lebih menyakitkan: Petugas Haji lebih tunduk kepada Pengelola Maktab, tidak di pihak jamaah. Kejadian yang saya alami, saat jamaah lain hendak pulang kembali ke Mekah karena mau mengambil nafar awal antri menunggu bis jemputan di dalam lingkungan maktab di Mina dengan pintu gerbang dikunci. Ketika beberapa jamaah (termasuk saya) yang memilih nafar tsani hendak ke jamarat, mau keluar pintu gerbang tidak diijinkan keluar oleh petugas perwakilan maktab, Petugas haji tidak mau membantu malahan menyuruh mengambil jalan memutar yang lebih jauh, astaghfirullah....Ketika rombongan kami mengalah untuk memutar, ternyata jalan tersebut pun ikut dikunci oleh pengelola maktab yang lain. Dengan terpaksa kami kembali, yang akhirnya pintu gerbang boleh dibuka, na'udzubillah......

9. dan masih ada yang lainnya......

3 komentar:

Anonim mengatakan...

insyaAlloh pak..doanya biar saya bisa menunaikan,,amiiin

Sri Susilatama mengatakan...

semoga ﺍﻟﻠﻪ mengabulkan keinginan suci saudaraku ini, amiin...

Sri Susilatama mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...