Minggu, 08 November 2009

Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya

Sebuah wilayah yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung-gunung, dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Malam hari udara terasa dingin menusuk tulang, kabut menutupi bukit dan gunung. Kota kecamatan yang cukup enak untuk tetirah.

Keindahan dan kenyamanan Lamno baru dapat kita nikmati jika kita bisa mematuhi kaidah "dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung". Orang Lamno cenderung keras, mudah tersinggung dan bereaksi. Jika kita bertemu dengen mereka berilah salam serasa mengangkat tangan kanan, jangan pernah dengan tangan kiri! Hendaknya tidak memakai celana pendek di atas lutut, dan jika berlesehan: jangan selonjorkan kaki ke hadapan mereka. Hari kerja Kamis sampai dengan Rabu, tidak boleh bekerja di Hari Jumat. Di beberapa tempat, bekerja di hari Rabu akhir bulan, juga dilarang keras.

Kita dapat mendapatkan burung walet dan Udang karang di Ujung Seudheun, memancing ikan kolam di Panton Makmur dan Kampong Baro, dan menangkap udang di muara Gle Jong, sekitar Jembatan Mata Biru. Kalau ingin memancing ikan sungai lebih tepat di Kuala dan Teumareum. Ada juga yang mencari telur penyu di pesisir Kuala ini.

Satu setengah tahun aku di Lamno, begitu banyak kenangan yang kupetik. Saat mengerjakan proyek pengadaan jaringan air bersih dan sanitasi untuk 21 desa di Kecamatan Jaya (Lamno). Berkantor di Gle Putoh, tiap hari aku berkeliling di pelosok Lamno. Mulai dari Meudheun (di bawah Geurutee), Jambo MASi, belok ke kiri masuk Krueng Tunong, Ujong Seudheun, Kampong Baro, terus ke Gle Jong (Po Temerehom, Rumpit, Meunasah Tengoh, Meunasah Tutong, Meunasah Rayeuk dan sampai ke Ujungnya. Bali lagi Ke Babah dua, terus Kuala dan Teumareum.

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...