Senin, 02 November 2009

mBah Kakung, Ayah keduaku

Sungguh bahagia jika kita mempunyai ayah yang sangat menyayangi kita. Apalagi tidak hanya seorang, tapi "dua" orang.

Waktu kecil dulu, aku mempunyai seorang saudara jauh, mBah Kakung, yang sangat menyayangiku. Aku sering diajaknya bepergian ke luar kota. Pernah, aku selama beberapa hari dengan beliau, di Blora, sendirian, tanpa kedua orang tuaku. Saat aku kecil mencapatkan kecelakaan, aku menjatuhkan lampu tempel (teplok) yang mengenai tepat di keningku, beliaulah yang menggendongku, mengantarkanku ke Pak Mantri Kesehatan.

Ketika aku dikhitan, waktu itu beliau sudah pindah ke luar kota, aku minta kepada kedua orang tuaku untuk mendatangkan beliau, supaya dia yang me"mangku"ku. Waktu itu, sara berkhitan, adalah dengan cara dipangku, dan dieksekusi oleh seorang yang dipanggil "Pak Calak". Beliau menyempatkan datang, hanya untuk me"mangku"ku.

Ketika aku kuliah, beliau berpindah lagi keluar kota, yang semakin jauh dari kotaku, yaitu di Ngawi. Pada suatu kesempatan liburan, dengan hanya berbekal nama beliau dan nama desanya, aku berangkat untuk mengunjungi beliau. Secara kebetulan, sekali lagi "kebetulan", aku menemukan beliau, karena belum pernah sekalipun aku sebelumnya pergi ke sana. Tempatnya pelosok, Ngrambe, Jogorogo, Ngawi. (Mungkin aku salah sebut, karena sudah lupa). Kutemukan beliau, sudah sangat tua, tapi alhamdulillah masih mengingatku. Sungguh senang hatiku, bisa bertemu kembali dengan orang yang sangat menyayangiku kala ku kecil.........

Sayang......itulah saat terakhir kalinya aku bertemu kembali dengan beliau, sampai sekarang. Semoga mBah Kakung bahagia di alam baka sana...........

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...