Selasa, 10 November 2009

sedikit yang kurasa dari buah reformasi

Sudah lama aku ingin mempunyai PASPOR. Karena aku tinggal di desa, perlu tenaga ekstra jikalau aku mengurusnya di tempat tinggalku, Jawa Tengah. Mulai perjalanan 4 jam naik angkutan umum, perlu penginapan, dan perlu waktu berhari-hari, mungkin seminggu, atau bahkan lebih. Nah, karena saat sekarang aku tengah bekerja di ibukota propinsi, aku punya kesempatan bagus untuk itu, hanya butuh sedikit tenaga untuk mengurusnya.

Hari pertama: mendaftar, beli formulir Rp 15.000,-, pengisian langsung di tempat itu juga. Tidak lupa juga aku melampirkan 3 berkas yang sudah aku persiapkan dari rumah: foto kopi KTP, Kartu KK, dan ijasah. Setelah pengisian selesai, berkas diteliti oleh petugas. Ternyata masih ada tambahan: surat keterangan dari perusahaan tempat bekerja. Berkas tersebut bisa diserahkan bersamaan saat pengambilan pas foto, dua hari setelah pendaftaran.

Dua hari kemudian, saat pengambilan pas foto dan sidik jari. Namun sebelumnya ada sedikit wawancara dengan petugas berkaitan dengan pengisian berkas pendaftaran dua hari sebelumnya. Aku serahkan juga surat keterangan dari perusahaan yang diminta sebelumnya. Biaya yang diperlukan Rp. 275.000,-. Saat itu juga diinformasikan bahwa PASPOR akan selesai seminggu lagi.

Seminggu kemudian, aku datang. Datang pertama di pagi hari, petugas mengatakan belum selesai, sambil mempersilahkan untuk datang lagi jam 14.00 WIB. Datang kedua, jam 2 siang, benar memang PASPOR sudah jadi. Ketika memberikan PASPOR tersebut, aku diminta memfotocopy selembar untuk diserahkan kembai kepada petugas sebagai arsip. Aku tanya, apa di kantor ini tidak ada mesin foto copi (karena aku tahu tempat foto copy cukup jauh), dijawabnya mesinnya sedang rusak. Dengan terpaksa aku berjalan kaki cukup jauh, hanya untuk memfoto copy selembar PASPOR sebagai arsip!

Satu hal yang kurasakan saat mengurus PASPOR, pandangan dan pelayanan petugas saat melayaniku "berbeda" dengan pelayanan yang diberikan kepada orang lain. Apakah orang lain tersebut mengurusnya dengan sedikit "bantuan"?.

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...