Selasa, 10 November 2009

Pulo, Kuala Pesisir, Nagan Raya

Menurut cerita penduduk, saat tsunami, hanya seorang warga yang meninggal diterjang ombak besar tersebut. Desa lama hilang, menjadi pantai dan rawa. Diperlukan lahan baru untuk memindahkan seluruh warga desa ini.

Pemda Nagan Raya, menyediakan tanah untuk relokasi. Berupa hutan belantara, bertanah gambut. Perlu waktu lama, untuk menjadikan tempat tinggal baru bagi warga Pulo. Alhamdulillah, warga cukup sabar. Datang pertama ke lokasi, warga berkomentar: "Hutan lebat ini akan menjadi kampung kami?".

Pekerjaan tahap I: Pembersihan hutan, pakai cash for work. Setiap hari seluruh warga ditemani staf kami membabat pepohonan di hutan tersebut. Dengan upah Rp 45.000,- per hari mereka berusaha untuk membersihkan lahan tempat rumah baru mereka.

Pekerjaan tahap II: scrapping dan grubbing, memakai alat berat: excavator dibantu warga giliran gotong royong tiap hari 10 orang. Sisa tonggak pohon di tahap I dibersihkan lagi pada tahap ini. Kali ini kami hanya menyediakan uang makan saja, untuk sepuluh orang setiap harinya. Warga hanya bertugas membantu kelancaran kerja alat ini. Kalau ada ranting kecil yang perlu dipindahkan, tugas warga untuk membersihkannya.

Pekerjaan tahap III: Pembangunan rumah permanen dan infrastrukturnya: jalan, air bersih dan masjid kecil. Untuk menentukan petak tanah dan rumah, dilakukan pengundian
agar setiap warga mendapatkan perlakuan yang sama. Kebetulan memang petak tanah dari Pemda berluas sama, tipe rumah bantuan kami juga sama semuanya.

Akhirnya setelah menunggu 3 tahun, warga dapat menempati rumah permanen di tempat baru, yang dulunya adalah hutan lebat bergambut.

Tidak ada komentar:

gara-gara akik

Jagoan ketigaku umurnya 8 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Baru menyenangi akik yang saya beli di Martapura, sewaktu saya pulang bertugas dari ...